Langsung ke konten utama

MENGAPA KITA BISA SALAH SANGKA, SALAH PAHAM ATAU SALAH KAPRAH?



Dalam berhubungan sosial di keseharian, tentu pernah merasa salah sangka, bukan? Dimana ketika lawan bicara menyampaikan suatu hal, kita mengartikan berbeda dari maksud sebenarnya. Ya, ini fenomena sosial yang kerap terjadi, lalu apa itu salah sangka? Bagaimana itu bisa terjadi? Dan apa yang bisa kita lakukan terhadapnya?

MARI KITA BEDAH SAMA-SAMA!

Salah sangka terjadi ketika maksud dari lawan bicara tidak sampai pada pemahaman kita. Antara pembicara dengan lawan bicara, terjalin sebuah komunikasi untuk penyampaian pesan antara satu dengan yang lainnya untuk kepentingan satu sama lain. Nah, apa itu KOMUNIKASI? Hal ini sangat erat berhubungan dengan topik kita kali ini.



SECARA SEDERHANA, komunikasi adalah pertukaran pesan atau informasi antara satu pihak sebagai pembicara dan pihak kedua sebagai pendengar. Dalam konteks sehari-hari jumlah orang yang terlibat bisa bertambah dan pertukaran bisa lebih sering terjadi. Dalam komunikasi melibatkan beberapa hal yang MENJADI DASAR-DASAR terjadinya komunikasi yaitu:

  1. Komunikator, atau orang yang berbicara, menyampaikan maksud pesan dan informasi.
  2. Komunikan, atau orang yang menerima pesan atau informasi
  3. Media, perantara pesan tersebut disampaikan, bisa berupa pembicaraan langsung, pesan teks, papan pengumuman, atau yang lainnya.
  4. Pesan, yaitu tujuan dari komunikasi yang ingin disampaikan.
  5. Feedback, atau umpan balik. Ketika penerima informasi mengkonfirmasi kembali maksud tujuan komunikasi ini untuk memperjelas pesan yang disampaikan komunikator.

Nah, lalu ketika sudah mengetahui hal pokok terjadinya komunikasi, apa yang bisa kita tangkap terkait dengan salah sangka atau salah kaprah?

  1. Dalam komunikasi, salah sangka bisa disebabkan karena ketidakjelasan maksud dari penyampaian pesan.  
  2. Dalam komunikasi, salah satu pihak menangkap makna atau arti yang salah mengenai penyampaian pesan.
  3. Dalam komunikasi, media atau pesan yang disampaikan tidak memiliki tujuan yang jelas.

Nah, 3 hal tersebut adalah hal umum yang mendasari salah sangka atau salah paham. Seringkali dalam interaksi sosial, ada beberapa situasi ketika kita salah mengartikan maksud pembicaraan dari lawan bicara kita. Lalu dengan hal tersebut, kita membuat kesimpulan dari apa yang dibicarakannya yang juga tidak sesuai dengan maksud sebenarnya.

Di post sebelumnya, mengenai mengeluh, kita menyinggung mengenai bagaimana kerja otak dalam menerima rangsangan, bukan?



Nah, penerapan kesimpulan yang berupa PRASANGKA atau PERSEPSI ini adalah hasil penerjemahan data yang kita terima dari panca indra. Ketika lawan bicara menyampaikan maksudnya, beberapa hal berikut bisa mempengaruhi bagaimana kita mengartikan maksud dan tujuan pembicaraannya, yaitu:

  1. Relasi, kualitas hubungan yang kita jalin dengannya akan menentukan seberapa jauh rasa kedekatan atau keakraban kita terhadap lawan bicara. 
  2. Perasaan, reaksi emosional kita ketika menerima pesan yang ia sampaikan diiringi pembentukan prasangka itu sendiri. 
  3. Suasana, keadaan sekitar ketika komunikasi itu terjadi.

3 hal diatas adalah hal umum yang mempengaruhi kita dalam berprasangka. Kualitas hubungan kita dengan lawan bicara menentukan seberapa jauh kita mengenal dirinya entah itu tentang pola pikir, tindakan, perilaku, sikap dan kesehariannya. Ini adalah pengetahuan kolektif yang kita dapat selama menjalin relasi dengannya. Pengetahuan ini memiliki peran besar dalam memahami tiap maksud pesan yang ia ingin sampaikan pada kita. Mempengaruhi bagaimana kita mengerti tiap kata yang ia ucapkan sehingga bisa membentuk prasangka atau persepsi dari komunikasi tersebut.

Reaksi emosional yang terjadi berbarengan dengan pembentukan prasangka, bisa mempengaruhi bagaimana kita mengartikan suatu pesan. Reaksi ini bisa berupa, senang, bahagia, sedih, tersinggung, marah, kecewa, kesal dan sebagainya. Perasaan-perasaan ini mempengaruhi penetapan kesimpulan, yang kadang bisa mengarahkan pengertian kita terhadap suatu hal ke arah yang tidak sejalan dengan maksud dari lawan bicara kita.

MENGAPA PERASAAN BEGITU BERPENGARUH?

Nah, sebelum menjawab itu, kita tinjau dulu faktor ke 3, Suasana.

Suasana adalah serangkaian kejadian di saat itu juga yang menciptakan berbagai macam respon dari fisik. Faktor ini penting untuk di perhatikan karena ini yang menjadi dasar dari 2 faktor lainnya. Semuanya saling berkaitan dalam penerapan prasangka.

Ambil saja contoh, ketika teman kita mengeluh suatu masalah di tempat kerja ketika lingkungan sedang sibuk. Nah, kita menjadi orang yang “diajak” mengeluhkan masalahnya. Kecenderungan kita ketika merespon keluhannya adalah bisa saja:

  • Memintanya berhenti mengeluh karena tidak pada waktunya.
  • Mengabaikannya karena sedang sibuk.
  • Menudingnya karena semakin memperumit keadaan.
  • Ikut terpengaruh dan mengeluh juga.

Salah sangka itu terjadi ketika 3 faktor itu saling berkaitan pada saat komunikasi terjadi. Karena hal tersebut, kita keliru memahami maksud teman kita mengeluh. Bisa saja, ia mengeluh karena memang memerlukan bantuan terhadap masalahnya. Mungkin juga, ia ingin mengeluarkan unek-uneknya, mengharapkan kita merespon sekedar menghargai dirinya atau yang lainnya.

Karena suasana yang sedang terjadi adalah kesibukan, kondisi emosional kita juga menjadi terpengaruh yang akan mempengaruhi prasangka kita terhadap keluhan teman kita. Saat inilah terjadi salah sangka yang akan mengarah pada ketersinggungan. Masih banyak contoh yang bisa kita ambil untuk mendapat gambaran mengenai hal ini, kita bisa menemukannya dimana saja.

LALU, BAGAIMANA TINDAK LANJUT JIKA SALAH SANGKA INI TERJADI?

Pertama, salah sangka terjadi karena memang suatu keharusan.

LHO? KENAPA GITU?

Secara subjektif, tiap individu yang terlibat dalam komunikasi memiliki cara tersendiri dalam mengartikan pesan yang disampaikan. Ini berhubungan erat dengan pola pikir, perasaan, sikap, perilaku dan tindakan dalam kesehariannya. Orang yang cenderung “berpikir dangkal” mungkin bisa sering salah sangka ketika mengartikan suatu pesan. Ini karena ia memproses pesan tersebut TERLALU CEPAT sehingga penarikan kesimpulan tidak ditinjau secara mendalam.

BERARTI KALAU TIDAK INGIN SALAH SANGKA HARUS BERPIKIR MENDALAM?

Kedua, well, justru yang menjadi poin penting dalam hal ini adalah menyediakan ruang untuk menelaah lebih lanjut pesan yang disampaikan. Berpikir secara mendalampun juga bisa menimbulkan salah sangka karena kita memikiran terlalu banyak hal mengenai pesan tersebut sehingga prasangka kita tidak sesuai dengan maksudnya. Mencari porsi berpikir yang pas, itu yang menjadi poin pentingnya.

Meninjau lebih lanjut pesan yang disampaikan ini, maksudnya adalah membedah maksud MENGAPA PESAN. Ketika kita sampai pada titik untuk merespon, saat itulah kita secara langsung membentuk kesimpulan. Nah, disini adalah saat dimana kecenderungan salah sangka terjadi, lalu apa yang bisa kita lakukan terhadapnya? Kita bisa MENGKONFIRMASI ulang maksud penyampaiannya dengan pertanyaan seperti dibawah ini.

  • Apa maksud perkataannya itu?
  • Mengapa ia mengatakan hal seperti itu?
  • Buat apa ia menyampaikan hal tersebut? 

Nah, 3 pertanyaan itu didasari oleh teknik dari seorang filsuf Yunani, Socrates. Di post yang akan datang kita akan bahas tentang metodenya yang disebut SOCRATIC QUESTIONING. Masih banyak, pengembangan pertanyaan yang bisa diajukan ketika mengkonfirmasi maksud dari pesan lawan bicara kita.

Jadi, begitulah salah sangka itu bisa terjadi dan bagaimana tindakan kita untuk meminimalisir terjadinya hal tersebut. Karena dengan memahami maksud pesan yang disampaikan itu akan memberi keuntungan bagi semua pihak yang terlibat karena menangkap tujuan pesan tersebut disampaikan.

Mungkin dari kalian punya pemikiran lain, kuy sampaikan di kolom komentar!

 

10.15 WITA

19 November 2021

Komentar