Langsung ke konten utama

MENGAPA KITA MENGELUH? APAKAH BENAR MENGELUH TAK MENYELESAIKAN MASALAH?

 



Semua pasti pernah melakukannya baik secara sadar maupun tidak. Biasanya ketika menghadapi masalah yang terasa sedemikian rumitnya, kita akan mengeluh. Nah, sering juga kita dengar bahwa mengeluh tidak menyelesaikan masalah, lalu bagaimana dengan hal itu? Apa benar tidak menyelesaikan masalah?

Kita juga pasti pernah menerima omongan yang begitu, bukan? Ya, secara umum memang mengeluh sama sekali tak menyelesaikan masalah, sering digadang-gadang menambah masalah. Hmm, lalu apa yang harus kita lakukan?

Biasanya, ketika muncul masalah dan tak bisa mengatasinya maka kita akan mengeluh. Sebuah respon yang dimunculkan tubuh untuk menyadari bahwa ada permasalahan, yang cenderung masih sulit dicari solusinya. Mengeluh sendiri ada berbagai jenis ekspresi, seperti marah, menggerutu, mengomel dan banyak lagi ekspresi yang tentunya kita sering lihat.

Tiap kali dirasa masalah yang dihadapi tak menemui solusi maka mengeluh bisa menjadi respon psikologis yang muncul untuk menyatakan hal tersebut. Bukan hanya itu, adanya bentrokan dengan masalah yang lain juga semakin membuat rumit apa yang sedang kita hadapi. Nah, lengkap sudah, semakin mumet pikiran ini menghadapinya, lalu bagaimana kita bisa mengatasinya? Apakah dengan tidak mengeluh bisa mengurangi masalah? Mari kita coba buktikan.


Kecenderungan untuk TIDAK mengeluh, akan membuat kita memendam segala bentuk respon terhadap masalah tersebut. Anggapan mengeluh tak menyelesaikan masalah itu justru berasal dari pandangan negatif tentang mengeluh itu sendiri. Yang lebih buruknya lagi, jika itu terus diterapkan malah justru berdampak buruk pada individunya, pada diri kita. Semakin rumitnya pikiran karena masalah yang dihadapi semakin dipendam, akan berdampak pada kesehatan mental kita. Stres, cemas bahkan bisa mengarah ke depresi.

Dalam ilmu neurologi, kita menerima rangsangan dari luar melalui indra kita. Kemudian diteruskan oleh saraf ke otak untuk “diterjemahkan” menjadi impuls yang akan membentuk prasangka dan menimbulkan perasaan di saat yang sama. Contoh sehari-harinya, adalah ketika melihat matahari terbit, burung berkicau, embun di dedaunan pohon dan aroma tanah bekas hujan, membentuk prasangka bahwa suasananya pagi hari dan menimbulkan perasaan tenang. Nah, apapun bentuk rangsangan yang kita terima dari lingkungan sekitar, akan selalu menghasilkan 2 hal tersebut. Prasangka dan perasaan. Masalah, juga merupakan rangsangan dari luar, yang diterjemahkan oleh otak dan menimbulkan hal yang sama.

Mengapa bisa timbul begitu?

Ini karena otak kita berfungsi untuk “menyederhanakan” berbagai rangsangan tersebut, kemudian diterjemahkan menjadi persepsi atau prasangka terhadapnya. Penetapan prasangka tercipta oleh sejumlah pengalaman yang dialami sejak dahulu, termasuk pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.

Nah, lalu apa hubungannya dengan masalah juga mengeluh?

Masalah ini umumnya bisa terasa abstrak, tidak semudah kita menerapkan prasangka terhadap hal yang diterima oleh panca indra. Disaat yang sama, otak akan berusaha menerjemahkannya untuk membentuk pandangan yang disesuaikan dengan pengalaman kolektif terdahulu. Disinilah asal mula salah kaprah. Karena penetapan pandangan ini berdasarkan apa yang kita ketahui sebelumnya, bukan dengan mengeksplorasi lebih jauh apa yang terjadi padanya.

Itu terdengar rumit, jadi bagaimana maksudnya?

Masalah itu terjadi ketika KITA MEMANDANGNYA SEBAGAI MASALAH. Entah karena ketidaksesuaian pandangan kita atau menimbulkan perasaan yang tidak mengenakkan pada diri kita. Jadi, masalah tak lain terjadi pada diri kita, cara pandang kita, cara kita mengartikan apa yang terjadi.

Jika begitu, buat apa mengeluh? Bukannya semakin mendukung bahwa mengeluh tak menyelesaikan masalah? Seperti yang dibilang tadi, masalah ada pada diri kita?

Sekarang, apa arti mengeluh tersebut?

Mengeluh adalah respon psikologis yang ditandai dengan meningkatnya stressor hingga ke titik kritis, menyebabkan kekacauan penerapan pandangan dan perasaan terhadap rangsangan dari lingkungan sekitar. Simpelnya, mengeluh itu MENGURAIKAN MASALAH dalam bentuk respon fisik. Menggerutu, memasang wajah cemberut atau marah dan sebagainya. Ini kadang terjadi secara sadar maupun tidak sadar tergantung dari diri kita masing-masing.

Baik, ini bagian menariknya…

Ketika mengeluh, hal yang dirasakan adalah kegelisahan. Gelisah akan keadaan yang juga berhubungan dengan pandangan kita sendiri. Kacaunya perasaan yang timbul adalah respon yang sama terhadap kegelisahan tersebut. Kegelisahan ini akan menuntun kita untuk mengutarakannya dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Menggerutu dan cemberut adalah contohnya.

Ini merupakan tahap awal MENYADARI masalah tersebut. Kegelisahan itu akan mengantarkan kita pada tahap selanjutnya.

Kita sadar ada masalah dan tentu kita sering melakukan hal selanjutnya. CURHAT.



Ketika curhat, hal yang pasti jadi topik adalah MASALAH yang sedang dialami. Berhadapan dengan teman yang begitu dekat dan akrab, akan mempermudah kita curhat. Kualitas relasi atau hubungan akan mempengaruhi tingkat keterbukaan kita atau simpelnya rasa percaya untuk mendengar curhatan kita. Nah, di proses curhat inilah kita bisa mendapat hal-hal yang jarang disadari.

Dalam sesi curhat, mengutarakan masalah yang dialami memiliki fungsinya secara psikologis juga kognitif. Pihak pembicara akan menyampaikan permasalahan dengan bahasanya sendiri, lalu pihak pendengar akan mendengarkan. Sejatinya, dalam ilmu psikologis, ketika kita melakukan hal ini, terdapat istilah yang disebut SELF MIRRORING.

Apa lagi itu?

Kita perlu semacam objek untuk merefleksikan “BAGIAN” dari diri kita yang menjadi masalah tersebut untuk kemudian bisa diterima sebagai respon yang lebih jelas untuk di proses oleh otak. Di post selanjutnya akan kita bahas lebih lanjut tentang ini.

...

Balik lagi ketika kita mengeluhkan masalah. Sejatinya itu adalah proses PENYEMPITAN persoalan yang dihadapi dengan kita mengutarakan bagian mana saja yang KITA ANGGAP berhubungan dengan masalah tersebut. Ini adalah esensi mengeluh itu, tanpa kita sadari. Lalu, melalui proses ini, kita akan perlahan disadarkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah tersebut, bahwa ruang lingkup masalah hanya seputaran itu saja. Masalah akan semakin jelas untuk kita amati, lalu mencari solusi untuk mengatasinya.

Nah, pada pihak pendengar kita itu, jika ia dalam keadaan fokus menyimak kita, ia akan cenderung mengajukan pertanyaan mengenai masalah atau memberikan pandangannya. Ini juga bisa membantu memperjelas akar masalah yang dihadapi.

Jadi, apa mengeluh itu tak menyelesaikan masalah? Jawabannya, mengeluh sendiri adalah proses penyelesaian masalah melalui KESADARAN akan masalah yang sedang dihadapi. Jadi, jangan sungkan untuk mengeluhkan masalahmu, mari kita diskusikan bersama untuk menemukan akarnya!


Yuk, komentar dan bagikan post ini ke teman-teman kalian!


Pukul 11.16 WITA

Selasa, 16 November 2021

Komentar

Posting Komentar