Langsung ke konten utama

SOCRATIC QUESTIONING, SENI BERTANYA UNTUK MEMPERJELAS INFORMASI

 


Arus informasi di abad 21 memang tak bisa dibendung. Saking derasnya, segala hal bisa diakses oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun. Berbagai jenis informasi bisa mudah didapatkan. Ketika semua itu tengah berlangsung, HOAX mulai bermunculan dalam penyebaran informasi yang beredar. Ia menimbulkan semacam bias akan fakta dari suatu hal, menyebabkan orang mudah percaya dan membentuk keyakinan berdasarkan hal tersebut. Mereka mulai berbondong-bondong mempercayai informasi hoax itu, tanpa ingin mencari tau kejelasan dan mengetahui seberapa reliabel hal tersebut. Bagaimana sikap kita terhadap ini?

Seorang filsuf Yunani terkemuka, Socrates mendisiplinkan sebuah metode untuk mempelajari suatu hal. Ya, itu disebut SOCRATIC QUESTIONING.

Socratic questioning atau metode bertanya ala Socrates adalah serangkaian pertanyaan yang diajukan terhadap informasi yang diterima oleh individu, bertujuan untuk mendapat kejelasan akan hal tersebut. Walau metode ini sudah ada sejak dulu, namun masih sangat relevan digunakan di abad 21 ini.

Tentu kita sudah akrab dengan 5W+1H dalam ilmu wawancara. Ya, kita mempelajarinya dulu saat bersekolah di beberapa jenjang. Metode ini menggunakan struktur pertanyaan yang sama-sama memiliki predetermined purpose atau tujuan yang sudah disiapkan.

Apa tujuannya?

Serangkaian pertanyaan ini adalah cara kita untuk memperjelas informasi yang kita terima. Ini juga bisa digunakan untuk mengeksplorasi pengetahuan yang lama, untuk memastikan seberapa reliabel pengetahuan tersebut di masa sekarang. Juga, banyak digunakan dalam pengajaran suatu bidang ilmu pengetahuan, mempelajari kondisi klinis dari pasien oleh psikolog atau psikiater dan sebagainya. Intinya, ini bisa digunakan kapan saja, dimana saja dan oleh siapa saja.

Apakah dalam hubungan sosial bisa juga?

Tentu saja. Ini bisa mempertahankan suatu topik obrolan antar pihak yang terlibat, yang memberi manfaat bagi semuanya dalam mempelajari suatu pengetahuan baru. Bahkan ketika teman sedang curhat pun kita bisa membantu memperjelas masalah dengan metode ini

Bagaimana penggunaan metode SOCRATIC QUESTIONING?

Pada masanya, Socrates terbiasa menghampiri orang-orang di jalanan kota. Ia mempertanyakan hal-hal seputar apa yang mereka lakukan, mengapa mereka melakukannya dan bagaimana mereka melakukannya. Ia menggunakan itu untuk mendapat pengetahuan baru atau memperbarui pengetahuan lama yang ia miliki. Baginya, ini juga membantu pihak yang ditanya oleh Socrates untuk semakin memahami apa yang mereka lakukan pada saat itu. Nah, bagaimana cara menggunakannya di zaman ini, mari simak deretan pertanyaan dibawah ini.

  • What & How, adalah unsur partikel yang mengarahkan suatu topik ke jalur tertentu. Ini adalah partikel yang sering dipakai untuk mengawali sebuah pencarian kejelasan. Biasanya ini akan membuka jalan pencarian lainnya dari topik tersebut. Disini, kita coba memakai topik tentang salah paham, berikut contohnya:
    • Apa itu salah paham?
    • Bagaimanakah ciri-ciri kita mengalami kesalahpahaman?

  • When, Where & Who adalah partikel yang berguna untuk mencari supplementary information atau informasi tambahan. Biasanya, diajukan ketika ingin memperkuat kejelasan dari informasi yang didapat. Di bawah ini adalah beberapa contoh penggunaannya:
    • Kapan orang-orang cenderung salah paham?
    • Dimana letak kesalahan diri kita ketika mengalami kesalahpahaman?
    • Siapa yang harus disalahkan ketika terjadi salah paham?
  • Why adalah partikel untuk menanyakan semacam landasan rasional atau konsep dasar dari informasi tersebut. Jadi, gunakan partikel ini disaat yang pas, bisa ketika pencarian informasi sudah mendapat hal-hal diatas atau ketika partikel lain tidak mampu memberi kejelasan yang diperlukan. Contoh pertanyaannya:
    • Mengapa bisa orang salah paham?
    • Mengapa orang salah paham tidak menyadari dirinya demikian?

Dari partikel di atas, dalam metode ini terdapat juga partikel lain yang bisa digunakan, seperti dibawah ini.

  • Apakah orang salah paham sama dengan orang yang berpikiran negatif?
  • Tidakkah orang salah paham karena kesalahan penyampaian informasi?
  • Coba jelaskan mengenai pola pikir orang yang mengalami kesalahpahaman!

Contoh diatas adalah beberapa cara penggunaannya, sisanya bisa dieksplorasi sesuai keinginan dan kebutuhan kita.

Jadi, bagaimana sikap kita di tengah perkembangan pesat teknologi informasi ini?

Bijaklah dalam menyikapi suatu hal. Tidak apa-apa untuk skeptis pada hal yang baru saja kita ketahui. Ini untuk menimbulkan niat menggali informasi terkait kejelasan. Juga, dengan metode ini, kita bisa menentukan seberapa reliabel informasi yang kita dapat, seberapa berdampak hal tersebut pada kita ke depannya dan apakah informasi itu hoax atau tidak.

Kesimpulannya, metode Socratic Questioning ini sangat efektif dan praktis untuk diterapkan dalam mencari tau kejelasan informasi yang kita terima. Walau ini metode pada jaman lampau, namun masih sangat relevan digunakan dalam kita menyikapi suatu hal.

 18.05 WITA

23 November 2021

Komentar